Menjadi Manusia Unggul Ala Nietzsche; Sebuah Resensi Zaratustra




Biografi Singkat Nietzsche

Friedrich Nietzsche lahir di Roken Jerman pada tahun 1844, ia lahir di lingkungan keluarga Kristen yang taat. Ayahnya seorang pendeta terkemuka dengan garis kependetaan yang terwaris secara turun-temurun dari keluarga ayahnya. Kakeknya adalah pendeta gereja Lutheran yang menduduki jabatan cukup tinggi. Ibunya juga demikian, ia seorang penganut Kristen yang taat. Sejak umur 5 (lima) tahun Nietzsche sudah menjadi anak yatim, ia dididik dan dijaga oleh ibu, nenek, saudara perempuan dan tantenya.

Lingkungan Kristen yang taat mempengaruhi Nietzsche dalam kehidupannya, ia mendapatkan perhatian yang penuh kehalusan dan kasih sayang sehingga ia tumbuh seperti “pendeta cilik’ yang menghormati keteraturan, kerapihan dan kejujuran. Tradisi keluarga yang taat mempengaruhinya menjadi anak yang taat pada agama, pendiam, kutu buku sehingga tak heran jika Nietzsche dijuluki sebagai “minister” atau pendeta tinggi oleh teman-temannya. Sikap-sikap positif seperti ini membuat Nietzsche sangat membenci teman-temannya yang nakal, yang suka mencuri serta merusak milik orang lain.  

Dimasa awal Nietzsche selalu memperlihatkan perhatian besar terhadap masalah filsafat ketuhanan, namun kondisi demikian berubah saat ia melakukan pemberontakan terhadap tradisi yang dipegang teguh keluarganya, yaitu keluar dari ajaran Kristen bahkan tak segan melontarkan serangan kepada kaum Teisme melalui bukunya “Thus Spake Zarathustra” tepatnya di tahun 1865. Dia menceritakan kehidupannya melalui seorang tokoh bernama Zarathustra.

Melalui tokoh ini, Nietzsche menjelaskan bahwa filsafat tidak akan berkembang apabila masih terbelenggu Teologi yang mendominasi aturan dan nilai yang ada dalam masyarakat saat itu.

Di sini, Zarathustra adalah seorang yang jujur. Kejujuran yang dia sampaikan berupa prinsip dan doktrin berupa pandangan kebenaran atau perspektivisme. “Thus Spake Zarathustra” merupakan tulisan tangan Nietzsche yang berisi sejarah persahabatan, angan-angan, kegembiraan, dan dukanya yang paling kelam. Dari bukunya itulah Nietzsche dikenal sebagai filsuf jujur dan berani mengungkapkan segala kebobrokan manusia yang diselubungi berbagai dalih cemerlang ketika dilihat dari luar.

Buku Zarathustra inilah yang membawa Nietzsche pada puncak ketenaran, dalam buku tersebut ia menyampaikan gagasan utama tentang “manusia unggul”.  menurutnya manusia tidak hanya cukup menjadi manusia saja, tetapi hendaknya menjadi manusia unggul; manusia masa depan. Untuk meraih semua ini, hendaklah jiwa seorang manusia harus keluar dari tempat tinggal dan lingkungannya, ke tempat yang lebih tinggi dan agung. Gagasan manusia unggul dan ideal ini menurut Nietzsche adalah Ubermensch dan Superman.

Gambaran Nietzsche tentang  “Ubermensch” ini dikemukakan melalui Zarathustra yang turun dari gunung ke kota, di sebuah pasar ditengah penduduk yang lagi ramai menunggu  penampilan seorang penari. Zarathustra kemudian menyampaikan berita besar  tentang manusia super sebagai gambaran manusia ideal. 

Ubermensch adalah manusia super yang menentukan sendiri makna dan tujuan hidupnya, sebagai pengganti manusia yang ditentukan oleh Tuhan yang sudah mati. Ada istilah lain yang sama maksudnya dengan konsep Ubermensch Nietsche yaitu ‘the last man’ atau manusia terakhir. Manusia unggul adalah upaya untuk mencapai terus-menerus keunggulan manusia.

Ia mengajukan  konsep manusia “luhur”  akan tetapi bukan sebagai tipe manusia universal,  manusia luhur Nietzsche adalah manusia otokratis yang berkuasa/memerintah yang mampu melakukan suatu yang bengis, apa yang dianggap kasar dan kejahatan. Manusia unggul bukan ciptaan alam karena alam sering kurang adil dan alam lebih mencintai meraka yang sedang-sedang saja. Manusia unggul hanya hasil dari seleksi  manusia, kemudian melalui perbaikan kecerdasan dan pendidikan yang terbaik untuk meningkatkan keangungan individu.  Jelas bahwa konsep manusia luhurnya ini  sebagai sinismenya terhadap pandangan agama. Ia mengakui peran dari kebengisan dalam keunggulan aristokratik, ia mengemukakan, hampir semua yang kita sebut “kebudayaan tinggi”  didasarkan pada spiritualitas dan intensifikasi kebengisan”.

Sementara gagasan kedua mengenai manusia ideal ini digambarkan sebagai Superman, dimana konsep manusia ini ditampilkan sebagai manusia unggul yang selalu mengembangkan potensi dan keterampilannya secara penuh, serta dengan segala potensi yang dimiliki ia (red; manusia) merangkul kehidupan dengan segala gairah dan nafsunya. Nietzsche juga menyebut Superman sebagai individu yang memiliki visi mengerakkan langit dan bukit demi mencapai tujuannya. Ia memberi contoh, Napoleon dan Julius Caesar sebagai superman, mereka mengguncang tatanan sosial yang ada pada masanya. Hitler mengambil konsep manusia unggul itu dan menyelewengkannya dari konteks yang dimasudkan Nietszche, karena bagi Nietszche Ubermensch dimaksudkan untuk membebaskan dan meningkatkan  mutu hidup, bukan menginjak orang demi tujuan yang picik.

Selain Zarathustra banyak karya-karya lain yang ditulis Nietzsche, buku-buku ini umumnya ditulis pada masa ia berkelana untuk mengobati berbagai penyakit yang dideritanya. Saat ia merasa terkucil dan putus asa, justru semangat dan jiwa pemberontakannya berkobar-kobar. Hingga tahun 1888 tingkah laku Nietzsche terlihat semakin aneh. Dari hasil diagnosa dokter ia dinyatakan gila. Selama ia sakit sampai kematiannya di tahun 1900. Semasa sakit ia dirawat oleh  saudara perempuannya yang bernama Elizabeth, yang juga berhasil menyunting tulisan-tulisannya cukup baik.

Adapun karya-karya Nietzsche selain yang Zarathustra juga banyak beredar dan berhasil menggemparkan dunia pemikiran, diantaranya adalah The Birth of Tragedy (1872),   Human All, to Human (1878-1890), The Dawn of Day (1881), The Joyful Wisdom (1882), Jenseits von gut und böse (antara baik dan Jahat) (1886), Zur Genealogy of Moral  (The Genealogy of Morals) (1887). The Anti-Crist (1888), dan The Will to Power. 
Kutipan Bijak Nietzsche; Sabda Zarathustra

"Sesungguhnya manusia adalah arus yang tercemar. Seseorang harus menjadi seperti laut, untuk menerima arus tercemar tanpa menjadi kotor." (50)

"Tidakkah yang paling berat itu adalah ini: merendahkan diri untuk membunuh keangkuhan? Mempertontonkan ketololan untuk mencemooh kebijaksanaan kita sendiri?" (69)

"Tapi, pikiran itu satu hal, sementara perbuatan adalah hal lain, dan pikiran tentang perbuatan adalah hal lainnya lagi. Roda sebab-akibat tidak berputar di antara mereka." (87)

"Aku mencintai hutan. Tidak enak tinggal di keramaian: di sana terlalu banyak mereka yang bernafsu." (111)

"Engkau harus membakar diri dalam apimu sendiri; bagaimana mungkin engkau bisa menjadi baru jika engkau tidak menjadi abu terlebih dahulu." (126)

"Ketika engkau membenci hal-hal yang menyenangkan dan sofa yang empuk, dan ketika ingin menjauh dari hal-hal yang lembek: di situlah asal-muasal kebajikanmu.

"Ketika kalian menjadi keinginan dari kehendak yang satu, dan ketika perubahan kehendak itu kau sebut sebagai keharusan: di situlah asal-muasal kebajikkanmu." (142)

"Kalian belum mencari diri kalian sendiri: lalu kalian menemukan diriku. Demikianlah yang terjadi pada semua orang yang percaya; karena itulah kepercayaan dan iman begitu kecil artinya." (145)

"Jangan sekali -kali berurusan dengan pengemis! Sesungguhnya, memberi kepada mereka hanya akan membawa kejengkelan semata, dan tidak memberi pun tetap akan membawa kejengkelan." (161-162)

"Iblis pernah berkata kepadaku: "Tuhan juga mempunyai neraka: itulah bukti cinta-Nya pada manusia."

Baru-baru ini kudengar kata-kata ini darinya: "Tuhan telah mati; karena belas kasihannya kepada manusia, Tuhan telah mati."" (163)

"Jangan percayai mereka yang berkoar terlalu banyak tentang betapa adilnya mereka! Sesungguhnya dalam jiwa mereka, tidak hanya madu yang tidak akan kau dapati." (179)

"Bahwa ada pertentangan dan ketidaksejajaran dalam keindahan seklipun, dan ada perang untuk mendapatkan kekuasaan dan supremasi." (180)

"Mengapa? Untuk apa? Dengan apa? Ke mana? Di mana? Bagaimana? Tidakkah terus bertahan hidup itu suatu ketololan?" (192)

"Tenang kelihatannya dasar lautku: siapa yang mengira bahwa ia menyimpan monster yang memanggul tawa.
Tak tergoyahkan kedalamanku: tapi ia dibuat berkilau oleh teka-teki dan gelak tawa yang berenang ke sana ke mari." (202)

"Kalian berkata kepadaku, wahai sahabatku, bahwa selera tidak bisa diperdebatkan? Tapi justru seluruh kehidupan adalah pertentangan antarselera!" (203)

"Terlalu jauh aku terbang ke masa depan: sebuah kengerian segera menyergapku." (206)

Manusia tidak hanya cukup menjadi manusia saja, tetapi hendaknya menjadi manusia unggul; manusia masa depan.

Utk menjadi manusia unggul, jiwa manusia harus keluar dari tempat tinggal dan lingkungannya, ke tempat yang lebih tinggi dan agung.

(AF)
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url